Bulan lalu adalah bulan Desember, penghujung tahun 2010. Seperti biasa, majalah RSI (baca: RollingStone Indonesia) mencatat perjalanan industri musik Indonesia yang terangkum dalam sebuah edisi spesial, kali ini membahas 50 musisi terbesar Indonesia. Saya tidak ingin melewatkan edisi ini begitu saja, karena saya ingin menjadi saksi sejarah dunia musik Indonesia. Akhirnya saya dapatkan segera majalah ini dan mulai membaca bagian per bagian secara “skimming” (membaca cepat).
Majalah ini kini telah menginjak edisi 69 di Indonesia, kurang lebih sekitar lima tahun sembilan bulan (sejak Mei 2004, terbit bulanan). Saya ingat ketika pertama kali membeli majalah ini, edisi dengan cover story Bono U2. Entah kenapa saya sangat ingin membelinya waktu itu, padahal saya masih sekolah di bangku SMA. Uang yang saya gunakan untuk membeli majalah itu adalah uang bulanan sekolah dan saya rela menggunakan uang itu untuk membeli majalah tersebut.
Meskipun sudah dipastikan jika majalah tersebut adalah nama sebuah majalah musik, tetapi isi yang ada didalamnya tidak seratus persen full tentang musik, didalamnya kadang berisi tentang kehidupan musisi, fashion dan mode, film, budaya, teknologi, politik, dan isu-isu masyarakat yang sedang marak yang ditulis oleh berbagai penulis. Bagi saya, tulisan yang dipaparkan didalamnya mencoba disajikan secara jujur, tanpa mengurangi ekslusifitas majalah tersebut dibanding majalah yang lain, karena telah mempunyai ciri khas-nya tersendiri. Itulah salah satu alasan sampai sekarang masih suka membaca majalah tersebut.
Bahkan saya sudah tiga kali mengirim surat pembaca (Letter & Advice) ke RollingStone Indonesia. Surat pertama saya berhasil masuk di edisi entah keberapa, tetapi yang saya ingat surat itu dimuat di edisi dengan cover Madonna yang sarat dengan warna biru (saat itu saya masih sekolah SMA). Wow, begitulah pertama kali saya mendapati surat itu dimuat. Girang sekaligus tertawa karena tidak menyangka sama sekali kalau surat yang saya kirim melalui email itu benar-benar dimuat.
Surat kedua kalau tidak salah saya kirim dua tahun kemudian, saat itu sudah menginjak bangku kuliah. Saya sudah lupa apa isi surat tersebut, tetapi kali ini tidak dimuat karena memang saat itu sedang iseng dan mencoba mengirim surat itu ke RSI. Terlebih waktu itu saya mengirimnya di pertengahan bulan, jadi saya berpikiran jika surat tersebut sudah tidak mampu dimuat karena mungkin rubrik sudah diplot. Untuk surat yang ketiga, surat saya kembali dimuat di majalah itu tepatnya di edisi 69 dengan cover story John Lennon. Seperti judul tulisan saya di atas, berikut saya sertakan tulisan asli surat tersebut (via email):
Beberapa hari sebelum RSI Edisi Desember terbit, saya sempat melihat update status akun Twitter @AdibHidayat yang memberikan link tentang cover story pada edisi tersebut. Ternyata RSI Edisi Desember ini bertajuk "50 Greatest Indonesian Singers", yang tentu saja memuat deretan 50 penyanyi hebat Indonesia sampai saat ini ala RSI, yang biasanya di-vote oleh sederetan musisi-musisi lintas generasi Indonesia.
Sambil mencoba membuka halaman yang tampaknya mengarah ke situs www.rollingstone.co.id itu, dalam hati saya bertanya-tanya apakah mungkin seorang Ariel Peterpan bisa masuk ke dalam daftar tersebut? Karena kebetulan saya seorang penggemar karya-karya Peterpan, mungkin saya lebih menyukai bagaimana band tersebut menghasilkan hits-hits yang muncul sejak tahun 2000an dan segera membelokkan arah industri musik Indonesia ketika itu. Yang banyak menjadi sorotan bagi band tersebut tidak lain Ariel, frontman yang bertugas sebagai vokalis, sekaligus pencipta sebagian besar lagu dan lirik Peterpan, yang menurut saya mempunyai benang merah tersendiri.
Ternyata nama Ariel Peterpan muncul di urutan ke 44 dalam daftar tersebut dan saya sangat beruntung karena tebakan saya benar. Berbagai media sempat heboh atas popularitasnya, entah karena masalah pribadi atau pun masalah yang berhubungan dengan band beberapa tahun yang lalu. Dan kebetulan saat ini juga sedang ditimpa musibah yang lain lagi ceritanya. Citra negatif sering disalahartikan untuk menyalahkan dan mengharamkan segala sesuatu yang pernah dan akan dilakukan. Sebagai penikmat musik, saya merasa hal-hal tersebut bukan menjadi alasan untuk mencoreng penampilan dan karya-karyanya, karena memang tidak ada hubungannya sama sekali.
Beberapa hari kemudian, majalah ini terbit dan saya langsung membelinya. Saya sangat setuju atas komentar Giring, secara teknik vokal mungkin masih banyak yang lebih baik dari Ariel, tetapi pembawaannya di panggung telah bisa menghipnotis pendengarnya dengan hangat dan membuat penonton mengerti isi lagu yang dinyanyikan. Setelah saya cermati satu per satu ke-50 nama yang masuk, menyebut nama Ariel Peterpan dalam daftar tersebut adalah kebanggaan tersendiri, terutama bagi penggemarnya. Bagaimana tidak, ia disandingkan dengan 49 penyanyi yang kebanyakan telah menjadi senior di kancah permusikan Indonesia. Kualitas dan kredibilitas sudah tak bisa diragukan lagi. Berbagai vote dari banyak musisi tentu juga menjadi dasar pemilihan nama tersebut.
Ketika tulisan ini ditulis, saya kembali menyimak akun twitter @AdibHidayat. Ternyata dalam statusnya menginformasikan bahwa Ariel menitipkan sebuah puisi untuk dibacakan pada malam penghargaan "50 Greatest Indonesian Singers". Kabarnya puisi tersebut akan disertakan di edisi RSI berikutnya beserta hasil wawancara langsung dengan Ariel di balik jeruji besi. Meskipun Ariel tidak bisa datang pada malam itu, tetapi kenyataan bahwa ia adalah penyanyi termuda yang mendapatkan penghargaan pada malam itu.
Konsistensi majalah ini untuk memberikan yang terbaik bagi pembacanya telah terbukti. RSI tidak takut untuk memberikan penilaian secara subjektif dengan didasari vote yang dilakukan. Meskipun tentu banyak pendapat bermunculan dari berbagai pihak. Bagi saya, nama-nama yang tercantum dalam daftar tersebut pantas mendapat predikat tersebut. Masih banyak penyanyi Indonesia yang berpotensi menjadi penyanyi hebat di kemudian hari. Pada saatnya nanti, mereka lah yang akan menggantikan senior-seniornya untuk menjadi yang terbaik. Salam untuk RSI. Tetap menjadi yang terbaik!
Itulah tulisan saya “yang begitu panjang” yang dimuat di edisi 69 RSI, edisi awal tahun Januari 2011. Saya memberi pemikiran tentang Ariel Peterpan (as A Rockstar) atas karya dan perseteruan kehidupan pribadinya akhir-akhir ini sebagai salah satu peraih 50 Greatest Singers ala RSI. Meskipun beberapa potong kata dipenggal agar komentar lain dapat tertampil proporsional, saya tetap bangga pemikiran saya masih layak dipublikasikan dan itu memicu saya untuk terus berkarya dan membaca majalah ini. Saya belajar bahwa ulisan yang baik adalah tulisan yang berkualitas, tidak sekedar copy paste tanpa sumber (menjiplak), bukan tulisan yang asal dibuat tanpa memahami masalah, dan bukan tulisan yang menghasut sesuatu, tetapi tulisan yang jujur, menginpirasi dan membuka pikiran banyak orang. Kita semua bebas berpendapat asal sesuai etika demokrasi, bermasyarakat, dan kebebasan pers, meski hanya melalui tulisan.
Bagi yang belum tahu, majalah RollingStone sendiri adalah majalah internasional yang lahir di negara AS, pendirinya adalah Jann S. Wenner pada tahun 1967 Berarti sekarang kurang lebih berumr 43 tahun dengan ribuan edisi. Awalnya majalah ini adalah sebuah surat kabar biasa hingga tahun 1972, kemudian berevolusi menjadi sebuah majalah. Gaya penulisan trademark RollingStone sendiri juga mempunyai ciri tersendiri, meskipun sudah berulang kali berubah bentuk (tetapi tidak banyak dengan tipe huruf sama). Perubahan format ukuran dan jenis kertas juga sudah beberapa kali dilakukan. Di Indonesia sendiri, perubahan yang pernah terjadi yaitu perubahan ukuran kertas A3 ke A4 m(lebih mudah dibawa/portable tanpa mengurangi isinya) mulai tahun 2009.
Hingga kini majalah ini telah tersebar di lebih dari sepuluh negara dunia dengan bahasa masing-masing, salah satunya yaitu Indonesia. Edisi internasional sendiri banyak mendapat perhatian di dunia internasional, terutama majalah yang bergerak di bidang informasi musik dunia. Sudah puluhan kali beberapa cover dan isi majalah ini menuai beragam protes karena terlalu vulgar dan jujur dalam menyampaikan informasi. Untuk RSI, semoga tetap memberi informasi terbaik dan ekslusif di bidangnya, sesuai dengan jiwa luhur pers Indonesia. Bravo!
Source : http://en.wikipedia.org/wiki/Rolling_Stone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar