Sekarang aku benar-benar histeris kalo apa yang saya impikan sejak kecil dulu bisa benar-benar tercapai . Memang hidup tak bisa lepas dari sebuah kebetulan, tinggal Yang Di Atas yang menentukan, bukan? Aku masih jelas teringat ketika pertama kali mengenal komputer. Ayahku adalah orang yang pertama kali mengenalkannya. Meskipun pada waktu itu aku hanya bisa bermain game (maklum masih kecil, kelas 3 SD, sekitar tahun 1997), tetapi aku tertarik dan menganggap barang itu adalah hiburan yang paling “keren” pada waktu itu, karena tak semua orang punya.
Komputer itu adalah komputer yang dibeli ayahku ketika menempuh studi S2, lalu dibawa pulang ke rumah setelah menyelesaikan kuliahnya. Pada waktu itu, kondisi komputer masih lengkap dengan monitor CRT-nya, processor IBM (dengan lubang disket ukuran kecil & besar), keyboard, tetapi tanpa mouse (belum populer waktu itu ). OS yang digunakan masih versi Windows 3.1, perintah-perintah dasar masih menggunakan console (Command Prompt DOS). Meskipun jika dibandingkan sekarang dengan waktu itu, sudah sangat kalah jauh. Jika sekarang perintah-perintah komputer banyak dilakukan dengan satu klik mouse, maka waktu itu masih dilakukan dengan perintah console. Akan tetapi, bukan berarti perintah-perintah console sudah tak digunakan lagi saat ini, justru dengan pengalaman waktu itu aku jadi tahu bagaimana bekerja dengan console.
Jika ingat nostalgia game waktu itu, game yang sering kumainkan adalah Supaplex dan Axe, entah game yang lain (lupa). Mungkin banyak yang tidak tahu dari para pembaca, atau bahkan belum pernah mendengar game itu sama sekali. Supaplex adalah game sederhana dengan berbagai level, mirip game Pac Man. Axe adalah semacam game Arcade, yang berisi pertarungan orang rimba dengan musuh-musuh di hutan. Keduanya sudah menggunakan grafik yang cukup baik di jamannya (meskipun gambarnya masih patah-patah 2D ). Aku kadang-kadang juga ditunjukkan beberapa program komputer hasil buatan ayahku dengan bahasa pemrograman Pascal (meski tidak tahu apa itu, tapi lumayan menumbuhkan inspirasi). Aku semakin care dengan komputer dan berharap suatu saat bisa berkecimpung di dunia komputer (meskipun masih cita-cita monyet seorang anak).
Pengalaman lain pada waktu itu yaitu ketika pertama kali menulis sesuatu dengan program office yang terkenal waktu itu, yaitu WS (WordStar –> Bintang Kata ), yang layar backgroundnnya warna biru & tulisannya putih, mirip jendela console. Semua perintah dilakukan dengan kombinasi keyboard, dan proses editing tulisan/text dilakukan dengan kode-kode tertentu. Semuanya agak ribet, tetapi lebih canggih dari sekedar mesin ketik manual biasa. Aku seringkali membantu ayahku menulis beberapa tulisan-tulisannya, dan lama kelamaan aku familiar dengan yang namanya komputer.
Waktu pun terus mengalir, seiring dengan teknologi yang terus melaju berkembang. Komputer semakin canggih, OS semakin menginjak ke teknologi GUI (Graphical User Interface) yang makin sedap dipandang mata. Muncullah processor Pentium, dari Pentium I, Pentium II, Pentium IIII, hingga Pentium IV. Kami juga ingin merasakan gegap gempita dunia komputer, tibalah saatnya meng-upgrade processor ke Pentium II. Lubang disket kecil masih disertakan di processor Pentium II dan juga ada tambahan mouse PS/2 ber-trackball. Saat itu harus dibiasakan menggunakan mouse untuk melakukan perintah Windows (Windows XP). Di bangku SMP, kami sudah mendapat pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) atau komputer. Mulailah aku dikenalkan dengan MS Word dan Excel (edisi 2000), setiap pelajar diwajibkan untuk memiliki sebuah disket kecil (kapasitas 1,4 MB, belum ada flashdisk, untuk menyimpan satu file MP3 saja tak cukup, hehe… ).
Masalah yang seringkali diperoleh waktu itu adalah mudahnya penularan virus dari disket, dan anti virus waktu itu masih terbatas, sedangkan budidaya ternak virus semakin gencar dilakukan. Bahkan virus-virus ganas banyak bermunculan di tahun 2000 hingga merugikan dunia bisnis seluruh dunia (ex. ILOVEU virus). Di Indonesia sendiri, virus-virus kecil tanpa disadari mulai menyebar dari satu komputer ke komputer yang lain. Sampai saat itu aku hanya mengenal komputer hanya sebatas virus, MS Word, MS Excel, game, dan aplikasi Windows default, belum ada pikiran bagaimana semua itu dibuat.
Mungkin karena pada waktu itu adalah awal millenium ketiga, perkembangan hardware dan software begitu cepat berkembang. Kemudian aku menemukan sebuah pemikiran, seorang yang geek komputer adalah seorang yang istimewa, ia bisa berkomunikasi dengan mesin, ia bisa membuat sesuatu yang bisa dimanfaatkan orang lein, melihat dunia IT berkembang begitu hebat. Di berita-berita, koran, majalah, dan pandangan orang, bahwa pekerjaan yang mempunyai prospek jangka panjang adalah IT. Tidak salah memang, hingga detik ini pun masih banyak orang & media yang mengatakan demikian… (ngeri gan, bukannya sombong, tapi dari hasil jalan-jalan kesana kemari).
Alhasil semakin hari aku memutuskan suatu saat bisa kuliah di jurusan Ilkom atau IT, dan itu benar-benar menjadi “amphetamin” dahsyat yang bisa membuatku sampai seperti ini. Aku semakin giat belajar, melakukan sesuatu yang terbaik, berpikir positif, dan idealis (haha). Aku bisa masuk di SMA favorit di kotaku, berkenalan dengan teman-teman yang mempunyai ketertarikan yang sama, saling berbagi dan just try it at home , apapun resikonya (tanggung sendiri). Tak jarang aku merusak bahkan membuat komputer di rumahku error (nge-hang) dan akhirnya kena marah sama yang punya (wakakak). Dan satu lagi, CPU sering masuk rumah sakit (tempat servis) gara-gara kecerobohanku, dan akhirnya (terpaksa) menukarnya dengan CPU yang lain (tukar tambah ). Banyak pembelajaran yang aku ambil dari ke-nekat-an aku, aku bisa memperbaiki komputerku sendiri suatu saat, menganalisis kesalahan yang terjadi (hahaha), meskipun kadang juga masih salah (lagi-lagi “nekat”).
Sekitar tahun 2004 (sudah menginjak kelas 3 SMP ), internet mulai dikenal tetapi belum populer, ditunjukkan dengan munculnya sebuah warnet di kota aku tinggal. Belum banyak yang memanfaatkan fasilitas itu, aku juga jarang mengunjunginya. Hanya beberapa kali untuk merasakan atmosfir kecanggihan internet waktu itu. Mungkin hanya sebatas browsing situs-situs yang terkenal dan latihan membuat email. Kebetulan warnet tersebut menggunakan Linux yang aku sama sekali belum mengerti seluk beluknya waktu itu. To be continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar